Sebenernya udah lama pengen nulis pengalaman ini ke blog, sebelum tahun 2016 berakhir. Tapi karena satu dan banyak hal lain, baru sekarang kesampaian. Apa yang kepikiran pas orang bilang Maldives/Maladewa? Pasti kepikiran bulan madu, pantai, resort pinggir pantai. Romantis lah. Jadi pas masih di kantor lama, tiap penugasan ke luar negeri dikasih libur 1 minggu setiap 4 bulan. Nah teman saya memutuskan untuk pulang menemui keluarga dan pacarnya. Karena saya satu minggu setelah liburan juga bakal pulang paskahan di rumah, saya putuskan untuk liburan saja, mumpung udah di singapura, opsi penerbangan lebih banyak. Kok Maldives dan Sri Lanka? Nggak ada yang lebih aneh? Sendirian pula. Alasan pertama adalah, dilihat lihat dengan budget yang ada, yang paling nggak ribet ngurus visanya itu emang 2 tujuan ini. Maldives bebas visa, Sri Lanka tinggal visa online yang cukup kita ngisi data terus bayar 35USD pakai kartu kredit bakal keluar visanya dalam waktu singkat kecuali situ masuk daftar teroris. 2 Negara ini cuman berjarak 1,5 jam naik pesawat. Kok nggak destinasi lain yang juga nggak ribet visanya kayak hongkong&macau? 1. Penasaran 2. Ini yang paling jauh dengan budget yang sama : ngakak 3. Coba lah destinasi yang kayaknya masih jarang didatengin temen-temen yang tukang jalan2. Kok sendirian? Well, emang sendirian, waktu mepet, dan nyoba aja kayaknya seru, jadi bisa evaluasi +/- jalan jalan sendirian dibanding bareng-bareng.
Jadi step pertama apa saudara saudara? Tergantung sih mau bikin itinerary dulu atau booking tiket pesawat dulu, siapa tahu pesawat buat tanggal yang diinginkan udah habis. Kalau saya sih pertama kali yang dilakukan adalah lihat tiket pesawat, sebenernya ini udah dilakukan sejak nyari2 destinasi mana yang cocok. Jadi karena tujuannya 4,5 hari di Maldives dan 3,5 hari di Sri lanka, pesawatnya agak ribet. Dengan melihat harga, pilihannya adalah SIN-MLE naik Tiger, MLE-CMB naik Korean Air, CMB-KUL-SIN naik Air Asia. Ini bukan yang paling murah, MLE-CMBnya sebenernya bisa lebih murah kalau naik Mihin Lanka, tapi setelah mempertimbangkan bisa gila kalau kena delay dan semacamnya, akhirnya milih Korean Air, meskipun agak lumayan harganya yang hampir sama kayak Singapur-maldives yang 4 jam lebih.
Yang kedua adalah booking hotel, karena emang niatnya backpackeran, jadi nyari yang murah, tapi juga nggak asal murah, lihat reviewnya juga. Sebelumnya pasti pada mikir wah nginep di Maldives, mahal dong, bukannya ada resort doang? Nah, pemerintah Maldives mulai membuka akses kepada warga di pulau-pulau berpenghuni untuk membuka guesthouse. Jadi di Maldives, pulau-pulau resort itu nggak ada penduduk lokalnya kecuali pegawai resort. Nah bedanya, kalau di pulau berpenghuni, hukum syariah yang berlaku. Nggak boleh pakai bikini kecuali di area khusus Bikini Beach (nggak semua pulau ada) dan Nggak boleh ada alcohol/barang2 haram lainnya (tapi di resort juga harganya gila-gilaan). Jadilah memutuskan nginep di Kalaafaanu Retreat, kayak guesthouse gitu di Hangnaameedhoo Island. Ratenya sih sekitar 200an SGD untuk 4 malam. Nah, karena bandara Ibrahim Nasir itu berada di Hulhule Island (pulau buatan nih) dan flight saya landingnya udah malam, nggak ada pilihan lain selain nyari penginepan di pulau sebelah yang masih dihubungkan pakai jalan yaitu pulau Hulhumale. Ketemu deh nyari yang paling murah
Crown Reef Maldives sekitar 40an SGD buat semalam doang karena paginya musti ngejar boat antar pulau jam 10. Landinglah di Ibrahim Nasir Airport setelah melalui penerbangan LCC selama lebih kurang 4 jam yang sebagian isinya orang mainland (if you travel sometimes, you’ll start to recognize them). Pas pemeriksaan visa, selain antrian standar orang mau liburan, banyak juga antrian orang mainland yang mau kerja, ternyata lagi banyak investasi RRC di sana. Seperti sebelumnya disebutkan, nggak perlu ngurus visa, cukup tunjukkan aja booking hotel (mending diprint biar gak ribet) sama kadang ditanyain flight balik udah deh dicap, dikasih bonus stiker visit Maldives 2016 pula di passport
. Oh iya ada larangan gede2 buat bawa barang2 haram dan barang2 yang ‘contradict to Islamic belief’ masuk. Agak abu-abu buat kalung salib, Rosario dll, tapi ya cari aman, ditinggal aja lah daripada jadi masalah/disita. Keluar imigrasi+custom, yang pertama dilakukan adalah nukar uang dan beli SIM Card. Sebenernya di Maldives, USD juga diterima, nggak perlu nuker ke mata uang local (Rufiyaa), tapi karena saya demen koleksi duit asing, yaudah nuker aja, lumayan kok bentuknya, nggak buluk pula. Selanjutnya beli SIM Card biar bisa tetep onlen dan kabar-kabar orang rumah, ada beberapa orang yang bilang gini: ngapain sih, liburan ya liburan aja, I will tell you someone else story later kenapa beli SIM Card local itu penting. Saat itu milih beli Dhiraagu (BUMN Telkom mereka kalau gasalah) sekitar 15SGD lah buat paket data 1GB dan masa aktif sebulan serta ada pulsa telponnya juga.
Continue reading